Hijab adalah sesuatu yang menjadi penghalang/tirai, sehingga orang tersebut tidak dapat melihat sesuatu dibalik tirai/penghalang tersebut.
Sesungguhnya tidak ada hijab antara Allah dengan hambaNYA, justru karena Allah Maha Dzohir/NYATA si hamba menjadi terhijab "melihat Allah". Contohnya terangnya cahaya matahari diwaktu siang sehingga kita tidak dapat melihat wujud matahari itu sendiri. ( ini hanya perumpaan lho untuk memudahkan akal memahami, Maha Suci Allah untuk dapat diumpakan dengan ciptaanNYA).
Allah menghijabi (bukan Allah terhijab ya..jng dibalik) makhluknya dengan hijab kegelapan dan hijab cahaya. Hijab kegelapan contohnya kemaksiatan itu sudah jelas, yang namanya gelap karena tidak ada cahaya. Tapi ini Hijab cahaya, lho kok bisa ya jadi hijab bukannya makin jelas khan cahaya ?
Sesungguh perintah-perintah Allah yang kita kerjakan dan larangan-larangan Allah yang kita tinggalkan adalah cahaya untuk menuju kepadaNYA. Tapi justru ketaatan tersebut dapat menjadi hijab antara hamba dengan Allah karena adanya selain Allah yang menjadi tujuan kita taat.
Ada beberapa Hijab Cahaya yang harus kita ketahui dan berusaha kita lampai untuk sampai kepada tahapan IHSAN..
Contoh Hijab Cahaya Pertama :
Sholat berjamaah di masjid adalah perintah Allah melalui RasulNYA, tapi karena kita sholat berjamaah dimasjid tujuannya karena biar dibilang orang sholeh, biar dibilang ahli ibadah, karena nggak enak rumah kita dekat masjid, dan lain sebagainya selain untuk Allah maka itu bisa menjadi hijab bagi hamba dengan Allah. Lebih tragis lagi kita seolah merasa sdh dekat sama Allah karena tlh menjalankan perintahNYA kenyataannya kita malah terlempar jauh dari Ridho ALLAH. wah sereem banget.. naudzubillah
Contoh Hijab Cahaya Kedua :
Ok deh, atas anugerahNYA kita dapat melampaui Hijab Cahaya Pertama, tidak ada tujuan selain Allah dalam pelaksaan ibadah sholat berjamaah.Tetapiii, sesudah melaksanakan sholat berjamaah belum ada kesadaran dalam diri kita bahwa sholat yang barusan kita kerjakan adalah semata anugerahNYA, sama sekali bukan ikhtiar kita.
Coba kita renungi perlahan :
1. Siapa yang melintasi dihati sehingga kita mau sholat ? (kapan kita memerintah hati dan akal kita?)
2. Siapa yang menyediakan waktu luang sehingga kita bisa sholat ? (sejak kapan kita bisa menciptakan waktu ?)
3. Siapa yang menjadikan kita masih sehat phisik sehingga dapat melaksanakan dan menyempurnakan rukun-rukun sholat. (khan bisa saja tiba2 kena serangan jatung ketika berjalan dll dsb, he..he..)
(Untuk lebih jelas coba buka catatan saya Hakikat Diri & Dzikrullah)
Karena kita masih melihat amal dan diri kita dalam pelaksaan ibadah sholat tsb maka kita masih terhijab untuk "memandang" SANG PENYEBAB PERTAMA sehingga pelaksanaan ibadah tsb terjadi." Memandang" disini bukalah dengan mata Dzohir tetapi mata Hati atau ada yang menyebut dengan Kesadaran Jiwa atau apapun namanya tidak masalah (asal bukan mata-mata aja...)
Syariat yang "diturunkan" Allah adalah cahaya untuk hamba untuk menuju kepadaNYA, supaya si hamba tidak tersesat dalam "perjalanan". Tanpa syariat si hamba menjadi tersesat. Disamping pelaksanaan syariat Allah harus dibarengi dengan adab hati/batin sebagai konsekwensi keimanan kita. Karena iman ada dihati maka perlu juga hati itu "disuruh ibadah" supaya iman subur, berkembang, dan akar menghujam ke semakin dalam. Iman yang kokoh akan menopang keyakinan hamba kepada Tuhannya tidak gampang goyah.
Misalnya : sempit dan lapang masalah rejeki tidak menggoyahkan dia untuk selalu sholat malam dan sholat dhuha. Cobaan hidup yg terus menerus tidak menggoyahkan dia untuk berhenti berdoa dan lain sebagainya.Pelaksanaan Syariat disini bukan sebatas rukun islam saja, termasuk didalamnya yaitu syariat mengenai bekerja, berdoa, berzikir, bertetangga, hormat kpd orang tua, berumah tangga, mendidik anak, bahkan sampai ke hal-hal terkecil misalnya adab di wc,adab bersetubuh, adab makan,minum, bahkan tidur ada adabnya.
Pokoknya seluruh syariat itu ajaran perintah dan larangan ALLAH mengenai hidup dan kehidupan 24 jam.Nah dalam menjalani Syariat 24 jam ini janganlah sampai melalaikan hati dari mengingat ALLAH. Dari mulai mengingat ALLAH selalu didalam hati sambil menjalankan seluruh syariatNYA, maka makin terang pula mata hati kita sehingga MENGINGAT dapat meningkat menjadi MENYAKSIKAN Allah dibalik segala sesuatu, sehingga hati ini ridho, sehingga jiwa ini tenang, sehingga rasa KEDEKATAN kepada ALLAH selalu "bersemayam" dalam hati kita.
Dibalik hijab ALLAH selalu memanggil " Wahai Jiwa yang tenang , kembalilah kepadaKU hati yang Ridho, dan AKU ridho kepadamu....
17 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar