SUNGGUH !! Mencari Allah janganlah diluar diri kita. Karena diluar diri kita adalah sejenis diri kita pula, yang disebut dengan nama makhluk atau "ciptaan".
Karena diri kita dan alam semesta ini adalah dimensi terakhir dari "alam-NYA". Ibaratnya jika ada cahaya senter maka ujungnya cahaya yang menerangi suatu obyek sehingga obyek itu dapat kelihatan, maka ujungnya cahaya senter itu adalah diri kita atau makhluk.
Jadi untuk "mencari atau menemukan" Allah adalah "kedalam" diri kita, bukan keluar karena kalau keluar sudah tidak ada "alam lain" lagi. Makanya Allah berfirman " Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas/ridho..." (Q.S Al Fajr).Kata-kata "kembali" dapat berarti kedalam atau ke asal.
Kalau ibarat cahaya senter kembali untuk menuju sumber cahaya itu yaitu senter. (Ini hanya pengibaratan /'itibar supaya akal memahami, Maha Suci Allah yang dapat dipersamakan dengan segala sesuatu).
Jadi "prakteknya" adalah sebut namaNYA didalam hati sambil konsentrasi kedalam dada ruhani (bukan pula Allah ada didalam dada phisik manusia tetapi ada "dalam" dada/hati ruhani manusia).Karena alam syahadah atau alam semesta berserta isinya ini termasuk isi langit dan bumi, adalah "akhir" dari "pancaran" kehendak sifat, asma dan af'al Allah.
Disebut disini "pancaran" bukan sifat dan asma Allah itu sendiri apalagi DzatNYA.Saya contohkan begini : cahaya matahari siang yang sampai ke kulit kita bukanlah sifat panasnya matahari itu sesungguhnya. Karena semakin kita mendekati ke matahari (itu juga kalau bisa), maka panasnya semakin bertambah dan semakin panas.
Jangankan mau mendekati, wong kalau nggak ada lapasin ozon dibumi maka seluruh makhluk bumi bahkan buminya itu sendiri sudah musnah terbakar.Itu baru sifat panasnya. Dan yang lebih lagi bahwa cahaya matahari yang sampai pada diri kita bukanlah Dzatnya Matahari itu sendiri. Karena dzat matahari ada di atas bumi diketinggian ..(Au ah gelap, sy juga nggak tahu).
Tapiiiiii... Cahaya matahari bukanlah selain wujud Matahari itu juga karena cahaya matahari tidak terpisahkan atau akibat dari dzat matahari yang berpijar itu. Begitu juga panasnya matahari adalah sifat dari dzatnya matahari itu bukan selain matahari.Sekali lagi keterangan diatas hanya pengibaratan supaya akal dapat mencerna dan menyimpulkan.Jadi banyak2lah memandang ke "dalam" dada kita, sebut asmaNYA terus menerus, sambil penuh harap penyerahan diri kita untuk kembali kepadaNYA dapat diterima Allah.Hanya itu batas dari "ikhtiar" kita sebagai hamba (yg notabene adalah akibat anugerah dan pertolonganNYA juga), selebihanya tinggal nunggu waktunya kapan Allah membukakan "pintuNYA" sehingga kita dapat "berjumpa dan selalu menyaksikanNYA" didunia ini dan diakhirat nanti.
Tanda tanda Allah "berkenan" atau menghendaki diri kita untuk berjumpa denganNYA adalah ada semacam himah atau kemauan untuk kembali kepadaNYA diiringi dengan mulai menapaki "jalan"NYA dengan bimbingan hambaNYA yang sudah sampai kepadaNYA. Bagaimana kita bisa sampai kepadaNYA kalau kita mengikuti orang yang dia sendiri belum sampai kepadaNYA. Di ibaratkan kita minta petunjuk jalan ke Jakarta sedang dia sendiri belum pernah ke Jakarta.
Semoga bermanfaat..
31 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mantabs mas ...
BalasHapus