11 November 2009
Berserah Diri - Bagian 3
--------------------------------------------------------------
Disini penulis mencoba (atas anugerah-NYA) semata mengurai dengan KETERBATASAN pemahaman penulis mengenai Sifat Allah yang utama dan mengaitkan kepada pemahaman diri kita sendiri dengan landasan Tauhid yaitu meng-ESA-kan Allah dalam Dzat, Sifat, Asma dan Af'al-NYA.
1. Sifat ALLAH : WUJUD
--------------------------------
Wujud artinya ADA. Allah adalah ADA tanpa perlu ADA yang lain untuk ADA.
Sedangkan manusia berserta alam ini ADA karena ADA-NYA ALLAH sebagai pencipta atau dengan kata lain ADAnya manusia berserta alam ini memerlukan ADANYA PENCIPTA yaitu ALLAH, sedang ALLAH ada TANPA memerlukan pencipta .
Karena kalau ALLAH memerlukan PENCIPTA maka DIA tidak patut disebut TUHAN.Kita persempit bahasan ini kepada diri kita sebagai manusia karena memang tujuan bahasan ini adalah untuk mengetahui hakikat diri kita dan kenapa kita harus berserah diri kepada ALLAH.
Ada suatu pembelajaran yg SANGAT PENTING, yaitu kenapa ALLAH memberikan nama kepada manusia pertama yang juga Nabi dengan nama A D A M ? Kenapa bukan nama yang lain seperti Ismail, Ahmad, Yusuf dll ? Mungkin kita banyak yg tidak memperhatikan ini. Padahal seandainya ditafakuri mengenai nama manusia pertama ini dapat menghantar kesadaran diri kita mengenai siapa diri kita sebenarnya.ADAM artinya TIDAK WUJUD atau TIDAK ADA. !!Sedangkan TIDAK ADA itu lawannya ADA atau Non WUJUD lawannya WUJUD.
Berarti sebenarnya DIRI KITA atau manusia itu TIDAK ADA !!
Bagi para sahabat yg belum memahami (kalau bagi yg sudah paham bahkan sudah merasakan/berjumpa dng WUJUD nya ALLAH, saya minta doanya ya ) akan timbul pertanyaan : " Lho masa begitu ?? " "Nggak mungkin ah wong kita ini ada kok, wong kita ini bisa melakukan dan merasakan ini dan itu " dll dsb.Ada hadis SHAHIH dari Rasulullah yang mengatakan " ALLAH mencipta Adam sesuai dengan citra-NYA". Maksud ringkasannya hadis tsb diatas adalah Allah meng-wujud-kan Nabi Adam sesuai dengan citra Asma dan Sifat yang ADA pada diri ALLAH sebagai "wadah" Pen-Zhohir-an seluruh asma dan Sifat ALLAH. Di HATI manusia lah "wadah" tersebut. Maka sering ulama tasawuf itu menyimpulkan HATI manusia itu ibarat CERMIN ILAHI.Dan dalam hadis Qudsi, Allah pun berkata " Alam semesta ini tidak sanggup "menampung" DIRI-KU tapi HATI orang yang ber-iman-lah (iman yg Haqqul Yaqin bukan yaqin yaqinan) yg dapat "menampung" DIRI-KU" (pesan : jangan dipahami secara harfiah ya !!)Karena Adam diciptakan sesuai dengan citra-NYA, maka efeknya pada diri manusia terdapat "pantulan" dari sifat Allah yaitu merasa WUJUD dan merasa BERDIRI SENDIRI (Al-QOYYUM) (harus dipahami PASTInya dengan KEHENDAK dan SEPENGETAHUAN ALLAH juga !!
Dan "pantulan" tsb tdk dapat disamakan dng ASLI nya yang Laisa Kamitslihi Syaiun karena haqiqatnya pantulan ada semu atau tidak ada). MERASA ada dan MERASA berdiri sendiri (bisa melakukan ini dan itu dng dirinya) itulah yang mengHIJAB/menutup/menyelubungi HATI kita sehingga JIWA kita tidak dapat melihat YANG MAHA BERKEHENDAK atas diri kita sesungguhnya.
Allah berkata dalam Hadis Qudsi " AKU adalah perbendaharaan TERSEMBUNYI, maka kuciptakan makhluk karena AKU ingin dikenal " Hadis ini jangan dipahami bahwa Allah berhajat kepada makluqnya.Hadis itu harus dipahami sebagai WUJUD CINTANYA ALLAH kepada DZAT-NYA sehingga ALLAH berkehendak "menunjukan" kepada DIRI-NYA akan KeMAHA SEMPURNAAN, KEMAHAINDAHAN dan KEMAHAKUASAAN Diri-NYA dengan Diri-NYA pula yaitu dengan "menciptakan" NUR MUHAMMAD yang bersifat hadist/baru (Bukan HAQIQOH MUHAMMADIYAH yg bersifat QODIM) sebagai "PANTULAN" KEMAHA SEMPURNAAN, KEMAHAINDAHAN Diri-NYA. Dari Nur Muhammad itu lah tercipta alam semesta berserta isinya. Nur Muhammad memancar sempurna ke dalam diri Insan Kamil, puncaknya yaitu kepada Kanjeng Rosul Nabi Muhammad SAW.Kita sudahi dahulu pembahasan Awal Kejadian Penciptaan ini karena disini bukan tempatnya. Kita akan lanjutkan bahasan Sifat Allah yang lain yang akan dikaitkan dengan hakikat diri kita sehingga dapat timbul KESADARAN atas anugerah-NYA kenapa kita harus berserah diri sehingga kita dapat "LEBUR"menjadi KEHENDAK-NYA itu sendiri tanpa kapan, mengapa & bagaimana (RIDHO).Kesimpulan pembahasan sifat WUJUD di atas adalah KHUSUSNYA Manusia dan UMUMnya Alam semesta termasuk dunia dan akhirat, jin, malaikat berserta makhluq2 alam GHAIB dan NYATA adalah "pantulan" atau tanda-tanda keber-ADA-an atau WUJUD ALLAH yang ESA dengan seluruh Asma & Sifat-NYA yg tidak terbatas.
Kebenaran hanya dari-NYA, kesalahan ada pada diri saya.
Allohu'alam
Bersambung...
Bagi yang belum sempat membaca Bag. 1 dan Bag 2, silahkan buka dicatatan saya atau buka di topik bahasan Group Tauhid & Makrifat.
(Bagi yg mau mencopy dan menyebarkannya dipersilahkan, tidak perlu izin penulis , karena seluruh pengetahuan adalah milik ALLAH yg dipancarkan didalam hati hamba2 yang di kehendaki-NYA)
Berserah Diri - Bagian 2
Tauhid dan Makrifat adalah Dasar atau landasan kita dalam beragama.
Tempat atau wadah Tauhid dan Makrifat adalah di HATI manusia.
Semakin kuat Cahaya Tauhid dan Makrifat dihatinya maka semakin dia melaksanakan hukum2 Syariat untuk menegakan adab adab kehambaannya kepada Tuhannya.
SALAH kalau ada yg beranggapan semakin kuat Tauhid dan Makrifat dihati seseorang maka dia bisa meninggalkan syariat.Para Ulama dan Syaikh Sufi (semoga Allah meridhoi dan mensucikan ruh mereka) menyimpulkan definisi Tauhid dan Makrifat berbeda-beda tapi mengandung makna yang hampir sama.
Penulis dengan segala kekurangan dan kebodohannya mencoba merangkum makna kedua nya dengan bahasa sehari-hari tapi tetap merujuk pendapat Ulama dan para Syaikh sufi sebagai landasannya (insyaAllah).Makna Tauhid adalah meng-ESA-kan Allah didalam HATI baik dalam Dzat, Asma, Sifat dan Af'al-NYA dan MENIADAKAN Dzat,Asma,Sifat dan Af'al Makhluq didalam hatinya.
Uraian :
1. Meyakini bahwa Dzat Allah adalah TUNGGAL dalam KEABADIAN-NYA tidak terdiri atau terbagi dari unsur2 apapun. Meyakini adanya dzat makhluq karena ADANYA Dzat-NYA dan Meniadakan persamaan Dzat Allah dengan Dzat Makhluq. ("Laisya kamitslihi syaiun..")
2. Meyakini bahwa Asma dan Sifat-NYA "ADA" dan TIDAK TERPISAH pada Dzat-NYA. Bahwa masing2 Nama dan Sifat-NYA bukanlah tambahan atau tempelan pada Dzat-NYA. MENAFIKAN Sifat2 yang ada dimakhluq dan meyakini sifat2 makhluq adalah akibat2 dari "pantulan yg TERBATAS" dari Nama dan Sifat-NYA yg TIDAK TERBATAS (tentu saja SIFAT dan NAMA yang BOLEH untuk ALLAH, bukan sifat yang MUSTAHIL bagi ALLAH misalnya bodoh, lupa adalah sifat makhluq dan mustahil bagi ALLAH) sekaligus MENAFIKAN kesamaan sifat Makhluq dan sifat ALLAH.
Contohnya nih : seluruh kecerdasan makhluq di alam semesta ini kalau dikumpulkan dari awal penciptaan sampai akhir penciptaan bahkan dikalikan lagi dengan 1 milyar (misalnya) TIDAK AKAN menyamai Al-ILMU-NYA yg tidak terbatas.
3. Meyakini seluruh Af'al (diam dan geraknya lahir dan batin, dialam nyata maupun ghaib ) makhluq adalah "pekerjaan" (Af'al) ALLAH sesuai dengan Kehendak & Hikmah--NYA yg Qodim dan Azali (dahulu yg tidak ada awalnya). Kehendak Allah LEBIH dahulu dari kehendak makhluq.Keyakinan-keyakinan diatas atas TAUHID yang dipelajarinya sesuai dengan Agama yg diyakininya dalam hal ini ISLAM dapat berkembang dan terus berkembang di dalam hati seseorang tergantung kepada Kehendak-NYA yang di NYATA-kan dalam amal ibadah dan riyadhoh si hamba baik ibadah lahiriah (sholat,puasa,wirid,haji,sedekah, membaca alQuran berbuat baik, bekerja, berikhtiar mencari rejeki, bermuamalah dng sesama dll) maupun batiniah yang selalu menyertai ibadah lahiriah (dzikir hati, selalu menghadirkan dirinya ke dalam hadirat-NYA dalam kondisi apapun hatinya fokus saja kepada Allah, apabila dia lalai pas ingat mulai lagi dzikirnya).Perkembangan TAUHID di hati seseorang membuahkan atau menambah atau menumbuhkan RASA YAKIN didalam batin akan TUHANnya RASA YAKIN didalam batin (HAL/kondisi keRuhanian)yang tumbuh dan berkembang inilah yang disebut dengan M A K R I F A T !!Seseorang yang sudah merasakan MAKRIFAT atas anugerah Tuhannya sesuai dengan tingkatan kehendak-NYA atas amal ibadah dan riyadhonya BIASANYA dia merasakan apa yang disebut dengan MANISNYA IMAN dan NIKMATNYA IBADAH.
Ibadah yang dilakukankan adalah PENGABDIAN kepada TUHANnya BUKAN Jualbeli dengan TUHANnya.
Allohu'alam
Bersambung...
(Bagi yg mau mencopy dan menyebarkannya dipersilahkan, tidak perlu izin penulis , karena seluruh pengetahuan adalah milik ALLAH yg dipancarkan didalam hati hamba2 yang di kehendaki-NYA)- Arsip Group Tauhid & Makrifat
Kenapa Harus Berserah - Bagian 1
Kalau kita sudah berani mengakui TUHANku adalah ALLAH (Robb ana Alllah) !!
Maka konsekwensinya kita HARUS mengetahui KESEMPURNAAN Kekuasaan Allah atas ciptaan-NYA. Kalau tidak begitu maka pengakuan kita tersebut hanyalah PENGAKUAN KOSONG yang tidak mempunyai arti apa-apa bagi diri kita.
TAUHID yap !! Ilmu itulah yang harus kita tahu terlebih dahulu supaya dapat menumbuhkan Cahaya Keyakinan didalam HATI kita, bukan hanya sekedar percaya tapi Yakin yang puncaknya disebut HAQUL YAKIN.Karena tanpa ada minat untuk belajar TAUHID, jadilah agama kita hanya agama warisan dari orang tua yang tidak dapat kita gunakan menjadi "JALAN HIDUP" kita.
Haruslah kita tahu yang disebut dengan AGAMA atau bahasa arabnya AD-DIN itu bukanlah hanya sekedar PERCAYA-PERCAYA saja. Percaya adanya Allah, malaikat, kitab2 suci, Nabi dan Rasul, Hari Pembalasan, Qoda dan Qodar lalu SELESAI.
Benar2 Keliru Jika kita hanya mengartikan AGAMA hanya sebatas itu. AGAMA atau ad-Din, penulis mengartikannya sebagai JALAN/PEDOMAN HIDUP, ISLAM = BERSERAH DIRI, Jadi AGAMA ISLAM yang kita anut adalah Suatu Jalan /Pedoman Hidup kita untuk BERSERAH DIRI kepada Allah yang MAHA HIDUP dan "mengadakan" hidup kepada makhluk-NYA.Manusia diciptakan hidup oleh Allah untuk mengabdi dan menjalani kehidupan ini dengan tujuan berjumpa dengan YANG MAHA HIDUP. "Dari Allah Kembali kepada ALLAH". Lain TIDAK !!
TETAPIIII ! Bagaimana kita bisa mempunyai niat Berserah Diri kepada Allah sedangkan kita hanya percaya-percayaan saja kepada Tuhan kita ? Kita tidak tahu atau tahu2 sedikit tentang Tuhan kita. Akhirnya kita tidak dapat menggantungkan harapan dan cita-cita kita 100% kepada Allah. Sebentar kita percaya Allah itu ADA, sebentar berubah lagi bahwa Allah itu TIDAK ADA. Sebentar kita percaya Allah itu menjamin rejeki makhluqnya, sebentar berubah lagi bahwa manusialah yg menjamin rejeki dirinya sendiri, dsb, dst, dll. Yuk, kita sama-sama belajar TAUHID yang benar, sehingga tumbuh cahaya YAKIN yang disebut dengan IMAN, lalu kita pupuk sehingga Cahaya Yakin tersebut menyinari Jiwa kita sehingga Jiwa kita menjadi JIWA yang MUTMAINAH (tenang) menjalani Kehendak-NYA, Bersama dengan-NYA, untuk menuju kepada-NYA dan akhirnya dapat LIQO ALLAH ( berjumpa dengan ALLAH) didunia ini dan diakhirat nanti. " Barangsiapa yang mau berjumpa dengan-KU, maka AKU pun ingin berjumpa dengannya...." (Hadis Qudsi)
Allohu'alam
Bersambung....
Lebih Produktif dng Hati yg RIDHO
Sungguh jauh sekali perbedaannya !!!
Justru orang yang hati ridho dia semakin produktif, lho kok bisa ??
Khan dia sudah tidak menginginkan apa2, cukup dengan keadaannya ?
Begini mas, bapak, mbak, ibu :
Suasana hati hamba Allah yang telah dikarunia Ridhonya Allah sehingga hatinya ridho menerima ketentuan Allah menjadikan dan menyinari akal fikirannya menjadi terang benderang, selalu memandang kedepan, selalu menyongsong dan melaksanakan kehidupan didepannya dengan gembira.Rela/ridho yang dimaksud disini adalah rela/ridhonya hati/batin dalam menerima segala sesuatu yang didatangkan Allah, baik berupa senang, susah, lapang maupun sempit.
Hati yang ridho dapat "diupayakan" oleh manusia (atas anugerah Allah) dengan cara : "JANGAN PALINGKAN HATI DARI MENGINGAT ALLAH untuk melihat terlebih berangan-angan atas sesuatu yang didatangkan oleh Allah "
Contoh nyatanya, misalnya : kita mendapatkan bonus dari kantor, karena hati lalai mengingat Allah biasanya langsung kita berfikir dan berencana dengan bonus tersebut, lalu karena rencana2 tersebut setelah ditotal total kebutuhannya nggak mencukupi dengan uang bonus tersebut, sehingga kita menjadi kecewa, merasa kurang, merasa nggak puas kok bonusnya cuma segini... Dan seterusnya yang menyebabkan kita :
1. Kufur nikmat,
2. Menjadikan hati menjadi sempit.
3. Menginginkan yang bukan menjadi bagian kita,
4. Pikiran terbebani sehingga sedikit banyak menghambat produktifitas kita, dan lain sebagainya.
Itu semua karena hati tidak ridho atas bonus yg memang telah menjadi bagian kita.Padahal kalau hati kita ridho menerima bagian kita, kita akan lebih enak untuk melangkah kedepan karena jiwa menjadi lapang dan tidak terbebani. Dia jarang melihat "kebelakang", kalau pun melihat hanya untuk pelajaran kedepan bukan untuk disesali dan diratapi.
Dia menyadari bahwa hidup ini kedepan bukan kebelakang.Si hamba yang hatinya ridho menganggap ikhtiarnya adalah BENTUK DARI UBUDIYAH (PENGABDIAN) KEPADA RABB nya. Dan pengabdian itu harus dilaksanakan sebaik-baiknya, seoptimal mungkin sesuai kemampuan yg Allah berikan kepada dirinya. Jika dia bekerja sebagai cleaning service, dia menjalankan tugas2nya dengan sebaik mungkin, sebersih mungkin, serajin mungkin. Jika dia pengusaha dia menjalankan usahanya dengan baik, dengan rencana yg baik, supaya hasil dapat untuk kemaslahatan orang banyak, supaya banyak orang dapat mengambil manfaat dari usahanya. Jika dia gagal dalam usahanya dia tidak putus asa dia selalu berikhtiar sebaik mungkin untuk melanjutkan atau beralih ke usaha yg lain. Dia tidak berhenti dan mengeluh, dia terus beraktifitas dalam rangka pengabdian kepada Rabbnya sambil terus hatinya mengingat Allah. Jika dia ibu rumah tangga, dia akan mengasuh anaknya dengan baik sesuai syariatNYA, dia menjaga kehormatannya dan kehormatan suami dan keluarganya, dia dengan gembira menjalankan tugas2 rumah tangganya tanpa beban.Semua itu bisa terjadi karena hatinya ridho Allah posisikan dia sebagai cleaning service, sebagai pengusaha, sebagai ibu rmh tangga dan lain sebagainya.Coba kita renungkan dan telaah, jika hati kita tidak ridho, berapa banyak waktu terbuang karena kita banyak mengeluh, takut berusaha karena trauma kegagalan, membanding bandingkan rejeki yg kita terima dengan rejeki orang lain. Justru itu yang membuat kita tidak produktif.Hati yang ridho juga tidak melarang dia untuk mencari pekerjaan yang lebih baik selama tidak melanggar syariatNYA. Sering hati yg ridho dijadikan alasan atas kemalasannya untuk berbuat lebih baik.
Ridho sering dijadikan tameng supaya dia lepas dari tanggung jawab, ikhtiar dan ibadah.Ini sama sekali bukan mencerminkan hati yg Ridho. Ucapan "ah saya mah ridho dengan penghasilan saya biarpun setiap bulan tambah hutangan diwarung", " ah saya mah ridho dengan musibah ini makanya saya tidak usaha dulu" , " ah saya mah ridho karena belum bisa sholat, baca quran" dan lain sebagainya. Ucapan ucapan tersebut diatas kalau lebh kita perhatikan adalah UCAPANNYA HAWA NAFSU. Ya !!
Nafsu pengen nyantai, nafsu ingin lepas tanggung jawab terhadap keluarga, nafsu males sholat dan ngaji.Kesimpulannya ridho di hati akan menyebabkan dia semakin rajin ibadah, semakin rajin ikhtiar dan berusaha sebaik mungkin sesuai dengan bidangnya saat ini. Dan ikhtiar dan ibadahnya tidak menyebabkan hatinya lalai dari Allah, selalu berserah diri kepada Allah, selalu merasa butuh Allah, selalu ingin dengan Allah, selalu ingin berjumpa dan "memandang" Allah didunia ini dan akhirat nanti.
Semoga bermanfaat.
Olala Bid'ah
Bid'ah adalah sesuatu yg tidak pernah dilakukan Rosul dalam menjalankan ibadah kpd Allah. Sedang Rosul setiap menjalankan ibadahnya Hanya dari dan untuk Allah.
Bagaimana dengan kita ??
Wah bisa bid'ah semua ibadah kita krn ibadah kita masih hanya dan untuk selain Allah (biar dunia lancar, biar nggak kena musibah, biar gampang jodoh, biar naik jabatan, biar dipuji orang dll)...
Hanya diri kita dan Allah yg tahu. Bahkan kadang kita tidak tahu untuk siapa ibadah kita persembahkan.
31 Oktober 2009
Urgensi Mursyid Dalam Thoriqoh
Dalam tradisi tasawuf, peran seorang Mursyid (pembimbing atau guru ruhani) merupakan syarat mutlak untuk mencapai tahapan-tahapan puncak spiritual. Eksistensi dan fungsi Mursyid atau wilayah kemursyidan ini ditolak oleh sebagaian ulama yang anti tasawuf atau mereka yang memahami tasawuf dengan cara-cara individual. Mereka merasa mampu menembus jalan ruhani yang penuh dengan rahasia menurut metode dan cara mereka sendiri, bahkan dengan mengandalkan pengetahuan yang selama ini mereka dapatkan dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Namun karena pemahaman terhadap kedua sumber ajaran tersebut terbatas, mereka mengklaim bahwa dunia tasawuf bisa ditempuh tanpa bimbingan seorang Mursyid.Pandangan demikian hanya layak secara teoritis belaka.
Tetapi daslam praktek sufisme, hampir bisa dipastikan, bahwa mereka hanya meraih kegagalan spiritual. Bukti-bukti historis akan kegagalan spoiritual tersebut telah dibuktikan oleh para ulama sendiri yang mencoba menempuh jalan sufi tanpa menggunakan bimbingan Mursyid. Para ulama besar sufi, yang semula menolak tasawuf, seperti Ibnu Athaillah as-Sakandari, Sulthanul Ulama Izzuddin Ibnu Abdis Salam, Syeikh Abdul Wahab asy-Sya’rani, dan Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali akhirnya harus menyerah pada pengembaraannya sendiri, bahwa dalam proses menuju kepada Allah tetap membutuhkan seorang Mursyid. Masing-masing ulama besar tersebut memberikan kesaksian, bahwa seorang dengan kehebatan ilmu agamanya, tidak akan mampu menempuh jalan sufi, kecuali atas bimbingan seorang Syekh atau Mursyid. Sebab dunia pengetahuan agama, seluas apa pun, hanyalah “dunia ilmu”, yang hakikatnya lahir dari amaliah. Sementara, yang dicerap dari ilmu adalah produk dari amaliah ulama yang telah dibukakan jalan ma’rifat itu sendiri. Jalan ma’rifat itu tidak bisa begitu saja ditempuh begitu saja dengan mengandalkan pengetahuan akal rasional, kecuali hanya akan meraih Ilmul Yaqin belaka, belum sampai pada tahap Haqqul Yaqin. Alhasil mereka yang merasa sudah sampai kepada Allah (wushul) tanpa bimbingan seorang Mursyid, wushul-nya bisa dikategorikan sebagai wushul yang penuh dengan tipudaya. Sebab, dalam alam metafisika sufisme, mereka yang menempuh jalan sufi tanpa bimbingan ruhani seorang Mursyid, tidak akan mampu membedakan mana hawathif-hawathif (bisikan-bisikan lembut) yang datang dari Allah, dari malaikat atau dari syetan dan bahkan dari jin. Di sinilah jebakan-jebakan dan tipudaya penempuh jalan sufi muncul. Oleh sebab itu ada kalam sufi yang sangat terkenal: “Barangsiapa menempuh jalan Allah tanpa disertai seorang guru, maka gurunya adalah syetan”.
Oleh sebab itu, seorang ulama sendiri, tetap membutuhkan seorang pembimbing ruhani, walaupun secara lahiriah pengetahuan yang dimiliki oleh sang ulama tadi lebih tinggi dibanding sang Mursyid. Tetapi, tentu saja, dalam soal-soal Ketuhanan, soal-soal bathiniyah, sang ulama tentu tidak menguasainya.Sebagaimana ayat al-Qur’an di atas, seorang Syekh atau Mursyid Sufi, mesti memiliki prasyarat yang tidak ringan. Dari konteks ayat di atas menunjukkan bahwa kebutuhan akan bimbingan ruhani bagi mereka yang menempuh jalan sufi, seorang pembimbing ruhani mesti memiliki predikat seorang yang wali, dan seorang yang Mursyid. Dengan kata lain, seorang Mursyid yang bisa diandalkan adalah seorang Mursyid yang Kamil Mukammil, yaitu seorang yang telah mencapai keparipurnaan ma’rifatullah sebagai Insan yang Kamil, sekaligus bisa memberikan bimbingan jalan keparipurnaan bagi para pengikut thariqatnya.Tentu saja, untuk mencari model manusia paripurna setelah wafatnya Rasulullah saw. terutama hari ini, sangatlah sulit. Sebab ukuran-ukuran atau standarnya bukan lagi dengan menggunakan standar rasional-intelektual, atau standar-standar empirisme, seperti kemasyhuran, kehebatan-kehebatan atau pengetahuan-pengetahuan ensiklopedis misalnya. Bukan demikian. Tetapi, adalah penguasaan wilayah spiritual yang sangat luhur, dimana, logika-logikanya, hanya bisa dicapai dengan mukasyafah kalbu atau akal hati.Karenanya, pada zaman ini, tidak jarang Mursyid Tarekat yang bermunculan, dengan mudah untuk menarik simpati massa, tetapi hakikatnya tidak memiliki standar sebagai seorang Mursyid yang wali sebagaimana di atas. Sehingga saat ini banyak Mursyid yang tidak memiliki derajat kewalian, lalu menyebarkan ajaran tarekatnya. Dalam banyak hal, akhirnya, proses tarekatnya banyak mengalami kendala yang luar biasa, dan akhirnya banyak yang berhenti di tengah jalan persimpangan.Lalu siapakah Wali itu? Wali adalah kekasih Allah Swt. Mereka adalah para kekasih Allah yang senanatiasa total dalam tha’at ubudiyahnya, dan tidak berkubang dalam kemaksiatan. Dalam al-Qur’an disebutkan: “Ingatlah, bahwa wali-wali Allah itu tidak pernah takut, juga tidak pernah susah.”Sebagian tanda dari kewalian adalah tidak adanya rasa takut sedikit pun yang terpancar dalam dirinya, tetapi juga tidak sedikit pun merasa gelisah atau susah. Para Wali ini pun memiliki hirarki spiritual yang cukup banyak, sesuai dengan tahap atau maqam dimana, mereka ditempatkan dalam Wilayah Ilahi di sana. Paduan antara kewalian dan kemursyidan inilah yang menjadi prasyarat bagi munculnya seorang Mursyid yang Kamil dan Mukammil di atas.
Dalam kitab Al-Mafaakhirul ‘Aliyah, karya Ahmad bin Muhammad bin ‘Ayyad, ditegaskan, -- dengan mengutip ungkapan Sulthanul Auliya’ Syekh Abul Hasan asy-Syadzily ra, -- bahwa syarat-syarat seorang Syekh atau Mursyid yang layak – minimal –ada lima:
1. Memiliki sentuhan rasa ruhani yang jelas dan tegas.
2. Memiliki pengetahuan yang benar.
3. Memiliki cita (himmah) yang luhur.
4. Memiliki perilaku ruhani yang diridhai.
5. Memiliki matahati yang tajam untuk menunjukkan jalan Ilahi.
Sebaliknya kemursyidan seseorang gugur manakala melakukan salah satu tindakan berikut:
1. Bodoh terhadap ajaran agama.
2. Mengabaikan kehormatan ummat Islam.
3. Melakukan hal-hal yang tidak berguna.
4. Mengikuti selera hawa nafsu dalam segala tindakan.
5. Berakhal buruk tanpa peduli dengan perilakunya.
Syekh Abu Madyan – ra- menyatakan, siapa pun yang mengaku dirinya mencapai tahap ruhani dalam perilakunya di hadapan Allah Swt. lalu muncul salah satu dari lima karakter di bawah ini, maka, orang ini adalah seorang pendusta ruhani:
1. Membiarkan dirinya dalam kemaksiatan.
2. Mempermainkan thaat kepada Allah.
3. Tamak terhadap sesama makhuk.
4. Kontra terhadap Ahlullah
5. Tidak menghormati sesama ummat Islam sebagaimana diperintahkan Allah Swt.
Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili mengatakan, “Siapa yang menunjukkan dirimu kepada dunia, maka ia akan menghancurkan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia akan memayahkan dirimu. Dan barangsiapa menunjukkan dirimu kepada Allah Swt. maka, ia pasti menjadi penasehatmu.”Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan, “Janganlah berguru pada seseorang yang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula menunjukkan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah”.Seorang Mursyid yang hakiki, menurut Asy-Syadzili adalah seorang Mursyid yang tidak memberikan beban berat kepada para muridnya.Dari kalimat ini menunjukkan bahwa banyak para guru sufi yang tidak mengetahui kadar bathin para muridnya, tidak pula mengetahui masa depan kalbu para muridnya, tidak pula mengetahui rahasia Ilahi di balik nurani para muridnya, sehingga guru ini, dengan mudahnya dan gegabahnya memberikan amaliyah atau tugas-tugas yang sangat membebani fisik dan jiwa muridnya. Jika seperti demikian, guru ini bukanlah guru yang hakiki dalam dunia sufi.Jika secara khusus, karakteristik para Mursyid sedemikian rupa itu, maka secara umum, mereka pun berpijak pada lima (5) prinsip thariqat itu sendiri:
1. Taqwa kepada Allah swt. lahir dan batin.
2. Mengikuti Sunnah Nabi Saw. baik dalam ucapan maupun tindakan.
3. Berpaling dari makhluk (berkonsentrasi kepada Allah) ketika mereka datang dan pergi.
4. Ridha kepada Allah, atas anugerah-Nya, baik sedikit maupun banyak.
5. Dan kembali kepada Allah dalam suka maupun duka.
Manifestasi Taqwa, melalaui sikap wara’ dan istiqamah. Perwujudan atas Ittiba’ sunnah Nabi melalui pemeliharaan dan budi pekerti yang baik. Sedangkan perwujudan berpaling dari makhluk melalui kesabaran dan tawakal. Sementara perwujudan ridha kepada Allah, melalui sikap qana’ah dan pasrah total. Dan perwujudan terhadap sikap kembali kepada Allah adalah dengan pujian dan rasa syukur dalam keadaan suka, dan mengembalikan kepada-Nya ketika mendapatkan bencana.Secara keseluruhan, prinsip yang mendasari di atas adalah:
1) Himmah yang tinggi,
2) Menjaga kehormatan,
3) Bakti yang baik,
4) Melaksanakan prinsip utama; dan
5) Mengagungkan nikmat Allah Swt.
Dari sejumlah ilusttrasi di atas, maka bagi para penempuh jalan sufi hendaknya memilih seorang Mursyid yang benar-benar memenuhi standar di atas, sehingga mampu menghantar dirinya dalam penempuhan menuju kepada Allah Swt.Rasulullah saw. adalah teladan paling paripurna. Ketika hendak menuju kepada Allah dalam Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah Saw. senantiasa dibimbing oleh Malaikat Jibril as. Fungsi Jibril di sini identik dengan Mursyid di mata kaum sufi. Hal yang sama, ketika Nabiyullah Musa as, yang merasa telah sampai kepada-Nya, ternyata harus diuji melalui bimbingan ruhani seorang Nabi Khidir as. Hubungan Musa dan Khidir adalah hubungan spiritual antara Murid dan Syekh. Maka dalam soal-soal rasional Musa as sangat progresif, tetapi beliau tidak sehebat Khidir dalam soal batiniyah.Karena itu lebih penting lagi, tentu menyangkut soal etika hubungan antara Murid dengan Mursyidnya, atau antara pelaku sufi dengan Syekhnya. Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani, (W. 973 H) secara khusus menulis kitab yang berkaitan dengan etika hubungan antara Murid dengan Mursyid tersebut, dalam “Lawaqihul Anwaar al-Qudsiyah fi Ma’rifati Qawa’idus Shufiyah”.Biarpun tulisan ini cuma hasil copy paste dari www.sufinews.com, semoga bermanfaat untuk saya dan rekan-rekan "seperjalanan",
Wassalam..
sumber : cahaya sufi, oleh K.H Luqman Hakim
Mendahulukan Allah
Rasulullah bersabda "Carilah dunia seakan akan engkau hidup selamanya, carilah akhirat seakan akan engkau mati besok ".
Dari hadis diatas banyak orang yang salah memahami bahkan dijadikan hujah atas ikhtiar keduniaan mereka.Mereka mencari rejeki dengan melalaikan Allah. (saya menekankan "melalaikan Allah" bukan "melalaikan ibadah" karena mencari rejeki adalah termasuk salah satu ibadah)Bahkan ada yg sampai "ngoyo" dengan meninggalkan sholat wajib.
Mereka beralasan : " tuh lihat hadist diatas !! "Ada juga yang beralasan " nanti saja nyari akhiratnya kalau dunia saya sudah beres dan terjamin "Sungguh !!! Mereka terkena ghurur (terperdaya) karena salah mengartikan hadis diatas.
Contoh hadis diatas saya coba umpamakan , seandainya kita mempunyai 2 pesanan pekerjaan. Pesanan pertama harus selesai 1 bulan, sedangkan pesan kedua harus selesai 1 hari. Pastilah kita akan mendahulukan pekerjaan yg mempunyai deadline waktu yg lebih singkat yaitu pekerjaan kedua yg harus selesai 1 hari, walaupun jenis pekerjaannya sama.Begitu pula memahami hadis diatas.
Dahulukan mencari akhirat karena besok kita akan mati, soal dunia bisa "ntar ntar-an".Pengertian akhirat adalah segala bentuk diam dan gerak kita yg dalam koridor tidak menyalahi hukum syar'i, kita niatkan untuk menuju & kembali dan berserahdiri kepada Allah tuk dapat Ridho dan ampunanNYA, agar dapat berjumpa dan memandangNYA didunia & akhirat.
Contoh diamnya kita adalah pada saat kita tidak ikut ber ghibah, tidak ikut menggunjing, dll, contoh geraknya kita adalah berikhtiar, sholat, bergaul, bermasyarakat, ngurus anak, belajar dll. Itu yg dimaksud dng diam dan geraknya kita yg tidak menyalahi hukum syariat.Dunia yg dimaksud hadis diatas adalah segala sesuatu selain Allah (berarti makhluk) yang dapat melalaikan dari mengingat Allah, lalai dari berserah diri kpd Allah, tidak mau kembali kepada Allah, tidak mau berjumpa dng Allah.Jadi kalau ada sesuatu pekerjaan yg KIRAAA KIRAAA... bisa melalaikan hati kita dari Allah, ngerjainnya nanti-nanti saja ya, atau segera pasang niat untuk mencari akhirat (lihat pengertian akhirat diatas ya).Asal pekerjaan yg dimaksud diatas bukan berupa kemaksiatan dan kejahatan.
Mudah2an Allah menanamkan himah dihati kita sehingga tujuan dan orientasi hidup kita hanyalah Allah semata, amin..Kebenaran hanya dari Allah, kesalahan adalah dari kebodohan saya.Mudahan bermanfaat...
wassalam
Menuju Kematian
Didalam al Mu'mit ada al Hayyu, didalam "kematian" kita akan bertemu dengan Hidup sesungguhnya. Seperti sabda Rasulullah " mautu qobla anta mautu" / matikan dirimu sebelum mati jasadmu, niscaya kita dapat bertemu dengan sang Maha Hidup.
Manusia yang tidak mau mati (termasuk saya neeeh..) seperti ulat tidak mau jadi kepongpong lalu menjadi kupu2 yg indah, akhirnya mati sendiri atau dimakan "burung" keduniaan akhirnya hanya menjadi kotoran "burung" keduniaan tsb.Dengan kita menyintai dan ingin bertemu sang Maha Hidup didunia ini , kita harus mulai mujahadah jiwa atau bahasa kerennya Tazkiyatun Nasf sehingga Nafs / jiwa mengalami transformasi dari Nafs Amarah (jiwa yg memerintah kemungkaran) menjadi Nafs Mutmainah lalu menjadi nafs Rodhiyah.
Disitu makna kematian, yaitu sebuah transformasi jiwa, dengan cara melakukan ritual ibadah lahir/syariat dan ibadah batin/hakikat dengan diniatkan untuk meraih Ridho dan Maghfiroh NYA, sehingga jiwa menjadi tenang lalu menimbulkan rasa "dekat" dan selalu bersama dengan NYA, lalu meningkat terus ke maqom al Ihsan..(seolah2 melihat Allah), hati selalu menyaksikan Allah "sebelum, didalam, sesudah, dibalik " segala sesuatu.Dengan "kematian" tersebut pula jiwa menjadi "Hidup" karena bersama sang Maha Hidup.
Tanda tandanya adalah rasa RELA dihati atas segala sesuatu yg Allah datangkan. Qiblat hati tidak bergeming atas sesuatu tsb, Qiblat hati selalu menghadap Allah selalu sampai kematian jasad menjemputnya.Sesuai dengan sabda Rasulullah dalam hadis Qudsi, Allah berkata(lebih kurang) "Barang siapa yg yang masuk ke dalam bentengKU, akan amanlah dia, bentengKU adalah Laaaa ila ha Illalah".
InsyaAllah selamat di dunia dan akhirat, Kematian yang Khusnul Khotimah lahir maupun batin..Semua itu juga adalah anugerah Allah semata kepada hambanya yg dikehendaki.Sudahkah ada niat dihati kita untuk meraih "kematian" tersebut ?? (niat sih udah ada tapi....segudang alasan menjadikan alibi untuk memulainya, dasar manusia !! Eh.. Saya sendiri deh..he.he.). padahal orang sudah niat dihati dng kuat, lalu telah mulai mencoba menapaki perjuangan untuk penyucian jiwanya, lalu dia keburu sudah selesai "kontrak" hidupnya, insyaAllah mendapat maqom sebagai Suhada atau termasuk syahid karena dalam perjuangan menuju pada TuhanNya, amin..
Gimana Allah akan "menemui" hambanya, jika hambanya sendiri "emoh" menemui Tuhannya !! Gimana manusia ingin masuk surga sedangkan sama Pemilik surga dia tidak mau bertemu !!..
Wassalam
Lihat Akhlak kita jangan lihat Ibadah kita
Coba kita sejenak palingkan ingatan kita dari mengingat ingat ilmu apa yg kita telah kuasai baik ilmu agama maupun ilmu dunian, sebentar kita palingkan ingatan kita dari mengingat ingat amaliyah ibadah kita.Coba kita ingat-ingat sudahkan akhlaq dan perilaku kita termasuk dalam firman Allah :" Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memafa'afkan (kesalahan) orang lain. Sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan " (Q.S. Ali Imran, 134)
Sudahkah ilmu dan ibadah kita membuahkan akhlaq dan perilaku :
1. Sabar dan
2. Memaafkan kesalahan orang lain.
Kalau sudah, bersyukurlah atas anugerahNYA, kalau belum, janganlah lega dan bangga atas ilmu dan amal ibadahmu.Sesungguhnya hasil/buah dari ilmu dan ibadah sangatlah banyak sekali. Tetapi kedua point tersebut diatas cukuplah dijadikan barometer hasil dan buah akan ilmu dan ibadah kita.Penulis merasakan sangatlah berat meraih kedua ahklaq tersebut.
Memang segala sesuatu adalah semata anugerah Allah, hanya kita wajib berusaha meraih anugerahNYA. Karena ikhtiar kita mau meraih anugerahNYA merupakan tanda tanda anugerahNYA akan menghampiri kita yg mau ikhtiar.
Merasa malu kepada Allah, oh..ternyata aku ini masih "belegedes" ya..
Berusaha tinggalkan kebiasaan ngomongin orang apabila termasuk dalam katagori ghibah, kalau belum bisa memaafkan kesalahan orang tsb.Berusaha diam dan pergi dari hadapan sesuatu apabila sesuatu itu menyebabkan menimbulkan rasa mau marah (dalam katagori tidak bertentangan dng syariat).
Banyak banyaklah mengingat Allah supaya kita beruntung.
Semoga bermanfaat..
Mencari Allah
Karena diri kita dan alam semesta ini adalah dimensi terakhir dari "alam-NYA". Ibaratnya jika ada cahaya senter maka ujungnya cahaya yang menerangi suatu obyek sehingga obyek itu dapat kelihatan, maka ujungnya cahaya senter itu adalah diri kita atau makhluk.
Jadi untuk "mencari atau menemukan" Allah adalah "kedalam" diri kita, bukan keluar karena kalau keluar sudah tidak ada "alam lain" lagi. Makanya Allah berfirman " Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas/ridho..." (Q.S Al Fajr).Kata-kata "kembali" dapat berarti kedalam atau ke asal.
Kalau ibarat cahaya senter kembali untuk menuju sumber cahaya itu yaitu senter. (Ini hanya pengibaratan /'itibar supaya akal memahami, Maha Suci Allah yang dapat dipersamakan dengan segala sesuatu).
Jadi "prakteknya" adalah sebut namaNYA didalam hati sambil konsentrasi kedalam dada ruhani (bukan pula Allah ada didalam dada phisik manusia tetapi ada "dalam" dada/hati ruhani manusia).Karena alam syahadah atau alam semesta berserta isinya ini termasuk isi langit dan bumi, adalah "akhir" dari "pancaran" kehendak sifat, asma dan af'al Allah.
Disebut disini "pancaran" bukan sifat dan asma Allah itu sendiri apalagi DzatNYA.Saya contohkan begini : cahaya matahari siang yang sampai ke kulit kita bukanlah sifat panasnya matahari itu sesungguhnya. Karena semakin kita mendekati ke matahari (itu juga kalau bisa), maka panasnya semakin bertambah dan semakin panas.
Jangankan mau mendekati, wong kalau nggak ada lapasin ozon dibumi maka seluruh makhluk bumi bahkan buminya itu sendiri sudah musnah terbakar.Itu baru sifat panasnya. Dan yang lebih lagi bahwa cahaya matahari yang sampai pada diri kita bukanlah Dzatnya Matahari itu sendiri. Karena dzat matahari ada di atas bumi diketinggian ..(Au ah gelap, sy juga nggak tahu).
Tapiiiiii... Cahaya matahari bukanlah selain wujud Matahari itu juga karena cahaya matahari tidak terpisahkan atau akibat dari dzat matahari yang berpijar itu. Begitu juga panasnya matahari adalah sifat dari dzatnya matahari itu bukan selain matahari.Sekali lagi keterangan diatas hanya pengibaratan supaya akal dapat mencerna dan menyimpulkan.Jadi banyak2lah memandang ke "dalam" dada kita, sebut asmaNYA terus menerus, sambil penuh harap penyerahan diri kita untuk kembali kepadaNYA dapat diterima Allah.Hanya itu batas dari "ikhtiar" kita sebagai hamba (yg notabene adalah akibat anugerah dan pertolonganNYA juga), selebihanya tinggal nunggu waktunya kapan Allah membukakan "pintuNYA" sehingga kita dapat "berjumpa dan selalu menyaksikanNYA" didunia ini dan diakhirat nanti.
Tanda tanda Allah "berkenan" atau menghendaki diri kita untuk berjumpa denganNYA adalah ada semacam himah atau kemauan untuk kembali kepadaNYA diiringi dengan mulai menapaki "jalan"NYA dengan bimbingan hambaNYA yang sudah sampai kepadaNYA. Bagaimana kita bisa sampai kepadaNYA kalau kita mengikuti orang yang dia sendiri belum sampai kepadaNYA. Di ibaratkan kita minta petunjuk jalan ke Jakarta sedang dia sendiri belum pernah ke Jakarta.
Semoga bermanfaat..
Efek Dzikir dan Membaca Al Quran
Raja : " masa iya, hanya dengan mengulang ulang menyebut nama Allah dihati dapat MEMPENGARUHI JIWA sehingga menjadi Ridho bahkan berjumpa dengan Allah ? Coba jelaskan wahai Syaikh "
Syaikh terdiam sejenak, lalu berkata,Syaikh : "Wahai engkau saja sangat bodoh, tidak pantas kiranya engkau menjadi raja, sungguh merugi rakyat yang engkau pimpin, alangkah tidak pantas engkau duduk disinggasana itu "
Wajah sang Raja langsung merah padam, saking menahan marahnya sehingga dia tidak dapat berkata apa-apa, sang raja hanya dapat berdiri sambil matanya melotot, urat2 lehernya keluar semua, tangannya menuding2, tapi mulutnya tidak mengeluarkan kata-kata saking murkanya.
Syaikh sufi itu berkata dengan arif dan tenang : " maafkan saya Tuan Raja, tadi saya hanya memberi contoh dan membuktikan kepada tuan Raja. Baru kata kata dari dunia manusia biasa saja bisa sangat MEMPENGARUHI JIWA tuan Raja, APALAGI sebuah kata yang mewakili NAMA dari RABB penguasa semesta alam, yang DIA sendiri menyebut DIRINYA dengan nama itu yaitu A L L A H. !!!! Bisa tuan Raja bayangkan efeknya kepada jiwa manusia yang sangat bergantung kepada RABB nya. "
Dari cerita diatas dapat kita petik hikmah dan kebenarannya ( kalau tidak percaya, kita ingat2 saja kalau kita sedang dikata-katain dengan kata2 yang sangat merendahkan bagaimana jiwa kita menerimanya), yakinlah bahwa bentuk bacaan wirid dan bacaan sholat, terlebih bacaan AlQuran dan Zikir Allah..Allah.. Dihati sangatlah memberikan atsar bagi jiwa kita, sehingga dapat BERSERAH DIRI (muslimun) dan SELAMAT (islam) "sampai" kepada ALLAH. Mendapatkan Ridho dan ampunannya.. Amin
Penyihir Yang Nyata
Kenapa ya, Allah memerintahkan waspada dari kejahatan makhlukNYA, lalu siapa makhluk yg dimaksud itu ?Yang disebut makhluk adalah segala sesuatu selain Allah, termasuk diri kita dan alam semesta yg zahir maupun yg gaib, yg bernyawa maupun yg tidak bernyawa.Kita ambil contoh yang nyata dan sehari2. Terkadang kita mengalami sesuatu sehingga hati kita cemas, takut akan rizki kita (misalnya sdg kena PHK).
Saat itu hati kita terisi oleh masalah rizki, ragu akan pemeliharaan Allah sehingga hati kita lalai mengingat Allah. Karena selain Allah dihati adalah kegelapan dan kegelapan itu kita nikmati sehingga hati kita bertambah pekat kegelapannya. Yang dimaksud dng kegelapan yg dinikmati adalah kita semakin khawatir dan cemas serta semakin lalai bahkan sdh tidak pernah dihati mengingat Allah.Kegelapan itu seperti menyihir diri kita sehingga orientasi/tujuan kita berubah yaitu untuk pemenuhan-pemenuhan kebutuhan dunia kita.
Ikhtiar kita telah melibatkan kegelapan dihati kita sehingga diri kita lahir dan batin sedikit demi sedikit meninggalkan Allah, meninggalkan syariat2NYA. Begitu pula masalah2 yg lainnya, yg datang selalu silih berganti dalam kehidupan kita. Tanda tandanya bahwa masalah yg terjadi telah menjadi kegelapan yg siap menyihir diri kita adalah hati kita mulai lalai dari mengingat Allah, satu menit lalai, kemudian 1 jam lalai, dan seterusnya. Mengingat Allah dihati dibarengi menjalankan syariatNYA adalah barometer kehambaan seseorang terhadap Rabb nya. Memohonlah kita kepada Allah supaya kita selalu dilindungi dari kegelapan makhluk yang dapat berubah menjadi penyihir yg siap meniup buhul keimanan di hati kita sehingga kita menjadi jauh dari Allah.
Banyak banyak mengingat Allah dihati salah satu cara tercepat untuk mmengusir Kejahatan Kegelapan Makhluk. Karena nama Allah mengandung namaNYA yaitu An-NUR (cahaya), sedangkan apabila cahayaNYA telah terbit dihati kita niscaya kegelapan akan menyingkir, sehingga jiwa menjadi tenang melaksanakan kehidupan ini yg memang dunia ini sdh di cap "Full Problem" dari "sononya". Kelar satu masalah datang yg lain silih berganti.Segala sesuatu adalah dari NYA dan hanya kepada NYA lah semua akan kembali.Cepat kembali kepada Allah, untuk berserah diri kepada Allah, untuk mendapatkan ampunan dan Ridho NYA. amin..
Laa haula wala quwata ila Billah
03 Juni 2009
Durhaka kepada Allah
Tidak usah dibenak kita berfikir siapa ya orangnya ? Segera lihat tanda2 didalam diri kita sendiri !!!
Tanda-tandanya :
1. Hati kita lebih banyak "ngurus" anugerah Allah dibandingkan banyak mengingat Si Pemberi Anugerah tsb yaitu Allah SWT,
contoh yg kecil : kita facebook-an adlh anugerah Allah sehingga kita bisa saling bersilahrohim, saling mengenal, menambah ilmu & wawasan dll, Lho kok hati kita waktu facebook-an sunyi dari berdzikir menyebut asmaNYA. Wah gawat tuh..khan nggak lucu apabila umur kita berakhir pada saat kita facebook-an pd saat itu hati terisi penuh dng FB, nanti di alam barzhak ditanya oleh malaikat Munkar Nakir, "Man Rabbuka ? (Siapa Tuhanmu)" lalu kita jawab "Facebook !!" (he..he..)
2. Kita asyik FB-an sehingga menunda2 hal yg lebih utama(wajib) hukumnya, seperti sholat, bekerja, belajar, ngurus anak, ngurus suami..( kasian tuh suami gigitin selimut aja..)
Dari dua contoh kecil diatas bisa jadi barometer apakah kita termasuk manusia yg durhaka kepada Tuhannya atau tidak (karena yg baca ini pasti ikutan FB).
Belum lagi contoh yg nyata dalam hidup kita sehari-hari, misalnya anugerah Allah berupa pekerjaan, sehat, makan, minum, jabatan, kekuasaan, istri /suami yg cakep, anak2, termasuk anugerah taat beribadah, dll yg tidak terhitung bahkan dikala kita sedang sakit dan kena musibah, TETAP anugerah Allah tidak TERHITUNG banyaknya.
Jangan kita coba2 menghitung...Sering kita yg dalam kelapangan mengklaim bahwa hasil yg kita dapat (termasuk didalamnya ibadah yg kita kerjakan) adalah hasil ikhtiar kita, hasil prestasi kita, akibat kerja keras kita, akibat akal kita yg pintar, bahkan akibat pilihan kita. Pada saat yg sama kita telah mengesampingkan peran Allah dalam hidup kita. Audzubillah ..
Itu semua termasuk dalam katagori durhaka kepada Allah.
Padahal semua itu semata anugerah dan pertolongan Allah..Sungguh !! Seluruh hasil ibadah dan ikhtiar kita hanya dapat kita:
1. Istighfari (banyak mohon ampun sama Allah, karena didalam menjalakan ibadah dan ikhtiar hati kita banyak lalai mengingat asmaNYA dan banyak cacat2nya dan tidak sempurna dlm melaksanakannya, padahal setiap selesai khutbah jumat, khotib selalu mengingatkan kita " .. Wala dzikrullahu Akbar.." (mengingat Allah itu Akbar/besar atau zikir Allah..Allah (dihati) itu Akbar). Mulai sekarang coba kita niatkan seluruh ibadah dan ikhtiar kita dibarengi mengingat Allah dihati terus menerus dan untuk kita berserah diri, untuk kembali kepadaNYA, supaya mendapatkan ampunan dan RidhoNYA semata sehingga kita dapat "dekat" dan "berjumpa" denganNYA didunia dan diakhirat.
2. Bersyukur, karena harus disadari bahwa ibadah dan ikhtiar kita adalah semata anugerah dan pertolonganNYA, lain tidak... Padahal kalau kita ingat2 betapa hinanya kita, betapa kotornya kita, kok Allah "masih mau ya " menghendaki kita sehingga kita bisa ibadah dan ikhtiar. Allahu Akbar !!!!...
3. Syukur kepada Allah atas anugerahNYA sehingga kita bisa istighfar dan bersyukur.Jangan dikira kita bisa istghfar dan bersyukur karena upaya kita, itu juga adalah anugerah dan pertolonganNya semata.Semoga bermanfaat bagi saya khususnya dan rekan-rekan semua.
Laa haula wala quwata illa billah..
Wassalam
Kenapa ya, Allah memerintahkan waspada dari kejahatan makhlukNYA, lalu siapa makhluk yg dimaksud itu ?
Yang disebut makhluk adalah segala sesuatu selain Allah, termasuk diri kita dan alam semesta yg zahir maupun yg gaib, yg bernyawa maupun yg tidak bernyawa.Kita ambil contoh yang nyata dan sehari2.
Terkadang kita mengalami sesuatu sehingga hati kita cemas, takut akan rizki kita (misalnya sdg kena PHK). Saat itu hati kita terisi oleh masalah rizki, ragu akan pemeliharaan Allah sehingga hati kita lalai mengingat Allah. Karena selain Allah dihati adalah kegelapan dan kegelapan itu kita nikmati sehingga hati kita bertambah pekat kegelapannya. Yang dimaksud dng kegelapan yg dinikmati adalah kita semakin khawatir dan cemas serta semakin lalai bahkan sdh tidak pernah dihati mengingat Allah.Kegelapan itu seperti menyihir diri kita sehingga orientasi/tujuan kita berubah yaitu untuk pemenuhan-pemenuhan kebutuhan dunia kita. Ikhtiar kita telah melibatkan kegelapan dihati kita sehingga diri kita lahir dan batin sedikit demi sedikit meninggalkan Allah, meninggalkan syariat2NYA. Begitu pula masalah2 yg lainnya, yg datang selalu silih berganti dalam kehidupan kita. Tanda tandanya bahwa masalah yg terjadi telah menjadi kegelapan yg siap menyihir diri kita adalah hati kita mulai lalai dari mengingat Allah, satu menit lalai, kemudian 1 jam lalai, dan seterusnya.
Mengingat Allah dihati dibarengi menjalankan syariatNYA adalah barometer kehambaan seseorang terhadap Rabb nya. Memohonlah kita kepada Allah supaya kita selalu dilindungi dari kegelapan makhluk yang dapat berubah menjadi penyihir yg siap meniup buhul keimanan di hati kita sehingga kita menjadi jauh dari Allah.Banyak banyak mengingat Allah dihati salah satu cara tercepat untuk mmengusir Kejahatan Kegelapan Makhluk. Karena nama Allah mengandung namaNYA yaitu An-NUR (cahaya), sedangkan apabila cahayaNYA telah terbit dihati kita niscaya kegelapan akan menyingkir, sehingga jiwa menjadi tenang melaksanakan kehidupan ini yg memang dunia ini sdh di cap "Full Problem" dari "sononya". Kelar satu masalah datang yg lain silih berganti.Segala sesuatu adalah dari NYA dan hanya kepada NYA lah semua akan kembali.Cepat kembali kepada Allah, untuk berserah diri kepada Allah, untuk mendapatkan ampunan dan Ridho NYA. amin..
Laa haula wala quwata ila Billah..
Sebuah Contoh Hati yang Ridho
Coba kita lihat orang yg berenang di kolam renang maupun di pantai (berenang ya..!! Bukan main air atau cuci mata, he..he ). Untuk yg berakal jadi sebuah itibar. Kenapa ya mereka bisa "ngambang diair", bisa kesana kemari tanpa takut tenggelam ? Sesungguhnya bukan krn mereka belajar bagaimana cara berenang itu sendiri. Yang terpenting dalam berenang itu adalah rasa hati dan jiwa yg pasrah dan tidak protes kalau kita berada di air. Mereka merasa senang kepada air dan akhirnya mereka bisa "bercengkrama" dng air.
Coba kita bayangkan kalau kita sdg berenang dikolam yg dalam, lalu hati kita tidak nyaman,khawatir ada apa2 nantinya, perhatian kita kpd jarak yg akan kita seberangi.. Wah..yakin saya pastilah baru dapat jarak 10 meter kita sdh habis tenaga, dlm berenangpun mencapai tepian tidak dapat kita nikmati. Dan akhirnya kita kehabisan nafas dan tenggelam (bendera kuning..deh).
Begitu juta dalam mengarungi lautan takdir Allah, harus kita latih hati dan jiwa kita agar senang dan suka akan takdir kita yg sdh ditetapkan oleh Allah (Didalam hati ya.. Tidak ada sangkut pautnya dng ikhtiar yg terbenani syariat yaitu ikhtiar). Sehingga diri kita mengarungi lautan takdir hidup kita (tetap dlm konteks patuh pd syariat dan mengEsakan Allah) hati dan jiwa kita tenang, ridho sehingga diri kita "selaras" dng takdirNYA lahir dan batin. Bahkan diri kita menjadi TakdirNYA itu sendiri, diri kita menjadi ""KEHENDAKNYA" itu sendiri. Dimana situasi hati kita tidak ada protes bahkan mata hati kita selalu dapat ber musyahadah (menyaksikan) SANG PEMBUAT TAKDIR dibalik lautan takdirNYA.
Itulah juga yg dimaksud dng menjadi Hamba ALLAH.. Seperti bayangan manut saja dng pemilik bayangan.
Semoga.. amiin ya Rabb..
HIJAB CAHAYA Bag. 2
Ya memang ilmu itu adalah cahaya yg menerangi kegelapan, seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, itupun disebut mendapat cahaya.Tetapi banyak orang yg berilmu baik itu ilmu pengetahuan maupun ilmu agama justru malah terhijab dari Allah.Hati mereka lalai mengingat apalagi menyaksikan Allah dalam anugerah ilmuNYA yg Allah limpahkan kepada mereka. (tetapi tidak semua lho..).
Mereka terpesona dengan ilmu yg menerangi hati & akal mereka, sehingga cahaya ilmu tsb "menabiri" cahaya kedekatanNYA. Bahkan dng ilmu itu mereka banyak berdalih dan berdalil untuk menyerang orang2/golongan2 yg tidak sepaham dng mereka.Ada juga dng keterpesonaan mereka akan ilmunya mereka mencari dalil untuk menunda2 ibadah mereka, bahkan banyak yg menunda2 keberserahan diri mereka kepada Allah SWT.
Karena mereka senang melihat orang2 disekitarnya mengagumi dirinya, menghormati dirinya, selalu minta nasihat pd dirinya tapi hatinya lalai dari mengingat Allah.Adalagi dari para salikin terpesona dng wirid2 dan amalan thoriqohnya. Pada waktu wirid dan beramal mereka selalu memandang kalimat2 wirid tsb, selalu memandang amalan2 riyadoh mereka, hati mereka lalai mengingat YG DIZIKIRI dan YG DITUJU dari beramal riyadho tsb yaitu Allah SWT.Semoga Allah selalu menjaga hati kita dari berpaling kepada selainNYA termasuk amal dan ilmu kita.. amien
17 Mei 2009
HIJAB CAHAYA
Sesungguhnya tidak ada hijab antara Allah dengan hambaNYA, justru karena Allah Maha Dzohir/NYATA si hamba menjadi terhijab "melihat Allah". Contohnya terangnya cahaya matahari diwaktu siang sehingga kita tidak dapat melihat wujud matahari itu sendiri. ( ini hanya perumpaan lho untuk memudahkan akal memahami, Maha Suci Allah untuk dapat diumpakan dengan ciptaanNYA).
Allah menghijabi (bukan Allah terhijab ya..jng dibalik) makhluknya dengan hijab kegelapan dan hijab cahaya. Hijab kegelapan contohnya kemaksiatan itu sudah jelas, yang namanya gelap karena tidak ada cahaya. Tapi ini Hijab cahaya, lho kok bisa ya jadi hijab bukannya makin jelas khan cahaya ?
Sesungguh perintah-perintah Allah yang kita kerjakan dan larangan-larangan Allah yang kita tinggalkan adalah cahaya untuk menuju kepadaNYA. Tapi justru ketaatan tersebut dapat menjadi hijab antara hamba dengan Allah karena adanya selain Allah yang menjadi tujuan kita taat.
Ada beberapa Hijab Cahaya yang harus kita ketahui dan berusaha kita lampai untuk sampai kepada tahapan IHSAN..
Contoh Hijab Cahaya Pertama :
Sholat berjamaah di masjid adalah perintah Allah melalui RasulNYA, tapi karena kita sholat berjamaah dimasjid tujuannya karena biar dibilang orang sholeh, biar dibilang ahli ibadah, karena nggak enak rumah kita dekat masjid, dan lain sebagainya selain untuk Allah maka itu bisa menjadi hijab bagi hamba dengan Allah. Lebih tragis lagi kita seolah merasa sdh dekat sama Allah karena tlh menjalankan perintahNYA kenyataannya kita malah terlempar jauh dari Ridho ALLAH. wah sereem banget.. naudzubillah
Contoh Hijab Cahaya Kedua :
Ok deh, atas anugerahNYA kita dapat melampaui Hijab Cahaya Pertama, tidak ada tujuan selain Allah dalam pelaksaan ibadah sholat berjamaah.Tetapiii, sesudah melaksanakan sholat berjamaah belum ada kesadaran dalam diri kita bahwa sholat yang barusan kita kerjakan adalah semata anugerahNYA, sama sekali bukan ikhtiar kita.
Coba kita renungi perlahan :
1. Siapa yang melintasi dihati sehingga kita mau sholat ? (kapan kita memerintah hati dan akal kita?)
2. Siapa yang menyediakan waktu luang sehingga kita bisa sholat ? (sejak kapan kita bisa menciptakan waktu ?)
3. Siapa yang menjadikan kita masih sehat phisik sehingga dapat melaksanakan dan menyempurnakan rukun-rukun sholat. (khan bisa saja tiba2 kena serangan jatung ketika berjalan dll dsb, he..he..)
(Untuk lebih jelas coba buka catatan saya Hakikat Diri & Dzikrullah)
Karena kita masih melihat amal dan diri kita dalam pelaksaan ibadah sholat tsb maka kita masih terhijab untuk "memandang" SANG PENYEBAB PERTAMA sehingga pelaksanaan ibadah tsb terjadi." Memandang" disini bukalah dengan mata Dzohir tetapi mata Hati atau ada yang menyebut dengan Kesadaran Jiwa atau apapun namanya tidak masalah (asal bukan mata-mata aja...)
Syariat yang "diturunkan" Allah adalah cahaya untuk hamba untuk menuju kepadaNYA, supaya si hamba tidak tersesat dalam "perjalanan". Tanpa syariat si hamba menjadi tersesat. Disamping pelaksanaan syariat Allah harus dibarengi dengan adab hati/batin sebagai konsekwensi keimanan kita. Karena iman ada dihati maka perlu juga hati itu "disuruh ibadah" supaya iman subur, berkembang, dan akar menghujam ke semakin dalam. Iman yang kokoh akan menopang keyakinan hamba kepada Tuhannya tidak gampang goyah.
Misalnya : sempit dan lapang masalah rejeki tidak menggoyahkan dia untuk selalu sholat malam dan sholat dhuha. Cobaan hidup yg terus menerus tidak menggoyahkan dia untuk berhenti berdoa dan lain sebagainya.Pelaksanaan Syariat disini bukan sebatas rukun islam saja, termasuk didalamnya yaitu syariat mengenai bekerja, berdoa, berzikir, bertetangga, hormat kpd orang tua, berumah tangga, mendidik anak, bahkan sampai ke hal-hal terkecil misalnya adab di wc,adab bersetubuh, adab makan,minum, bahkan tidur ada adabnya.
Pokoknya seluruh syariat itu ajaran perintah dan larangan ALLAH mengenai hidup dan kehidupan 24 jam.Nah dalam menjalani Syariat 24 jam ini janganlah sampai melalaikan hati dari mengingat ALLAH. Dari mulai mengingat ALLAH selalu didalam hati sambil menjalankan seluruh syariatNYA, maka makin terang pula mata hati kita sehingga MENGINGAT dapat meningkat menjadi MENYAKSIKAN Allah dibalik segala sesuatu, sehingga hati ini ridho, sehingga jiwa ini tenang, sehingga rasa KEDEKATAN kepada ALLAH selalu "bersemayam" dalam hati kita.
Dibalik hijab ALLAH selalu memanggil " Wahai Jiwa yang tenang , kembalilah kepadaKU hati yang Ridho, dan AKU ridho kepadamu....
15 Mei 2009
HAKIKAT CINTA
Coba kita perhatikan dan amati serta tanya kepada diri sendiri :
1. Kenapa kita bekerja ?
2. Kenapa kita menikah ?
3. Kenapa kita beribadah ?
dan lain sebagainya deh...
Jawaban terdalamnya adalah : KARENA KITA CINTA KEPADA DIRI SENDIRI.....
Itulah maqom Cinta Yang Rendah.
Eit..jangan ngeles deh.
Nih ulasan berikutnya :
1. Coba seandainya kerjaan kita bikin kita rugi melulu atau gagal melulu apalagi sampai ninggalin hutang banyak...(kecuali penipu ya ..) pasti deh kita benci dan tidak cinta lagi sama kerjaan itu dan beralih ke kerjaan yang lain. Karena kerjaan yang merugikan itu TIDAK MENGUNTUNGKAN UNTUK DIRI KITA
2. Coba seandainya istri / suami yang kita nikahi kepergok lagi selingkuh dengan orang lain, wuah.. pasti langsung talak 100 deh. Karena istri/suami kita sudah TIDAK MENYENANGKAN DIRI KITA.
3. Lalu mengenai ibadah juga kalau didasari Cinta yang rendah pasti pengen balasan segera misalnya : biar hidup nggak susah, biar rejeki lancar, biar dihormati orang sekampung, teman kerja dll deh yang motifnya selain ALLAH.
Seandainya rejeki dan hidup Allah coba dengan penuh cobaan dan musibah, biasanya timbul keraguan dalam hatinya : " kok aku ibadah , tapi hidup makin susah ya.. wah jangan..jangan Allah nggak adil nih, jangan-jangan Allah pilih kasih nih.. bahkan jangan-jangan Allah nggak ada ". Karena ibadah kita TIDAK MENGUNTUNGKAN DIRI KITA.
Tapi ada rahasia dan hikmah dari Allah, kenapa ya Allah ciptakan cinta pada diri sendiri begitu dominan dihati makhluknya sehingga DUNIA INI HIDUP DAN RAMAI TETAPI SESUNGGUHNYA MATI DAN SEPIIII ....??
Saya coba mengurai apa yang Allah lintaskan dihati saya.. ( mohon koreksinya apabila keliru .. )Ini nanti akan berujung kepada Hakikat Cinta itu sendiri yang disebut maqom Cinta Tertinggi..
Allah "ketika melihat" esensi zatNYA lalu DIA sangat cinta kepada DIRINYA SENDIRI, lalu seluruh Asma-asma dan Sifat-sifatnya yang saling meliputi ( maka nya Alllah itu Esa dalam asma,sifat dan Dzat NYA) "menghendaki" pen-dzhohiran (krn Adz Dhohir Allah meliputi juga seluruh Nama dan SifatNYA), untuk menunjukan pada DIRINYA sendiri akan KESEMPURNAANNYA, KEAGUNGANNYA dan KEINDAHANNYA..
Lalu sebagai manusia merupakan salah satu 'bayang-bayang' asma,sifat NYA, maka manusia mendapat juga manifestasi akan cintaNYA Allah pada DIRI SENDIRI..
Hanya manusia yang belum mendapat petunjuk Allah, berhenti pada wujudnya sendiri. Tetapi manusia yang telah diberi Allah petunjuk sehingga mata hatinya terbuka mengenai hakikat dirinya, tidak berhenti pada wujudnya sendiri tapi diteruskan ke WUJUDNYA SENDIRI (dlm huruf besar semua) yaitu ALLAH.
Karena Allah lah yang pantas disebut SENDIRI ( ya Qoyyum = yang berdiri sendiri ),
manusia dan seluruh makhluq tidak dapat menyandang sebutan sendiri, karena bergantung secara jasmani dengan makluq/ciptaan Allah yang lain (seperti manusia membutuhkan air untuk hidupnya), dan secara ruhani bergantung sekali kepada WUJUD ALLAH..
Itulah yang disebut dengan maqom CINTA TERTINGGI.. yaitu CINTA ALLAH PADA DIRINYA SENDIRI...
14 Mei 2009
LAAAA ILAHA ILLALLAH
03 Maret 2009
2. HAKIKAT SYUKUR
Dari banyak ulasan mengenai syukur oleh para alim ulama billah (semoga Allah meridhoi mereka semua..), yang dapat kita amalkan. Dari banyaknya ulasan2 yang telah dipaparkan oleh para alim ulama billah, saya akan mencoba menyederhanakan dengan bahasa yang simple sehingga kita dapat menerima dan menggugah KESADARAN BATIN kita.. Amin Ya Robb..
Sebetulnya Syukur dan Sabar adalah seperti saudara kembar. Tetapi kita kebanyakan menyimpulkan bahwa syukur itu indentik dengan menyikapi anugerah dan sabar itu indentik dengan menyikapi musibah.
Biar jelas saya mencoba menjelaskan Hakikat Syukur dahulu.
STOP DULU !!!, sebelum baca ini kalau bisa dalam keadaan jaga wudhu ya.. dan dalam keadaan hati tenang serta ya penting sudah sholat wajib dulu (biar nggak buru2 bacanya). Baru deh.. monggo dibaca....
S Y U K U R
Hakikat Syukur adalah MERASA TIDAK BERDAYA..
Kok singkat banget ya...
Memang begitu.. Saya contohkan ya, misalnya kita sangaaa..t lapar banget. Uang tidak ada, beras tidak ada, pokoknya tidak ada yang dapat ditukar dengan makanan, lalu ada seorang yang memberi kita sepiring nasi hanya dengan lauk tempe.
Dapat kita bayangkan betapa berterimakasihnya kita kepada orang yang memberi nasi dan lauk tersebut, bahkan untuk mengucapkan kata 'terimakasih' saja kita nggak bisa, lidah keluh, terharu, wah pokoknya saat itu perasaan kita sama yang memberi makanan tsb sangat LUAR BIASA terimakasihnya.
Begitu juga dengan rasa syukur pada diri kita akan muncul dengan sendirinya apabila kita menyadari bahwa kita sebagai hamba sangat-sangat lemah, tidak berdaya tanpa pertolongan dari ALLAH. Jangankan mau melakukan kebajikan, niat didalam hati saja kalau tidak Allah lintaskan dalam hati kita, tidak akan ada niat berbuat bajik.
" Sesungguhnya Allah ilhamkan dalam hati manusia kebajikan dan kejahatan "
Sungguh.. Kalau kita menyadari ketidakberdayaan kita sebagai hamba, atsar yang muncul dihati kita sbb :
1. Si hamba akan SELALU MERASAKAN KELEMBUTAN ILAHIYAH.
2. Si hamba selalu merasakan pertolongan Allah dalam setiap gerak dan diamnya
3. Si hamba selalu merasakan kehadiran Allah didalam hatinya.
Makanya Rasul mengajarkan , apabila kita mau melakukan sebuah kebajikan, disarankan selalu membaca BISMILLAH..
BISMILLAH kebanyakan ulama salaf ( benar-benar salaf (dahulu)...bukan aliran salafi yang sekarang, itu mah baru...), menafsirkan BERSAMA NAMA ALLAH - lah sehingga segala sesuatu dapat terwujud. Allah adalah nama yang ter agung dari seluruh nama-nama Allah atau disebut dengan Ismu al Adzom, dimana segala nama-nama (al asma ul husnah) dan sifat-sifat NYA bergantung kepada nama 'ALLAH' tersebut.
Misal :
1. Dengan nama Allah al Hadi ( yg memberi petunjuk ) sehingga seorang hamba dapat memberi petujuk kepada manusia yang keliru,
2. Dengan nama Allah Al Rozaq (yg memberi rejeki) si hamba dapat memberikan suatu rijeki kepada yang membutuhkan, dst...
Dengan menjiwa BISMILLAH, maka sihamba menyadari ketidak berdayaannya, sehingga rasa syukurnya muncul sebelum si hamba mengucap ALHAMDULILLAH.....Jadi syukur itu rasa ketidakberdayaan hamba, sehingga yang dirasakan hanya pertolongan Ilahiyah selalu dalam setiap gerak dan diamnya sehingga puncaknya si hamba ini mengucap : ALHAMDULILLAH.. ( segala puji bagi ALLAH ).
Ya ! memang hanya Allah yang pantas dipuji dari segala kebajikan yg telah si hamba lakukan karena hakikatnya kabajikan si hamba adalah AF'AL ALLAH yang bersumber dari Nama dan SifatNYA yang nama dan sifatNYA ada karena KEBERADAAN DZAT-NYA. Pahami ini...!!!
Bahkan nih, sesungguhnya kita harus menyertai rasa syukur yang muncul dari hati kita dengan rasa syukur bahwa Allah telah menganugerahkan rasa syukur dalam hati kita.
Itu yang disebut SYUKUR DIATAS SYUKUR...
Seperti kisah seorang sufi yang mendapatkan anugerah dari Allah, dan si sufi ini berusaha bersyukur kepada Allah tetapi rasa syukur itu tidak muncul dari dalam hatinya sehingga si sufi tersebut bermunajat :
" Ya Allah, Ya Rabb, maaf kan hambaMU yang hina ini. ENGKAU memerintahkan kepada manusia untuk bersyukur atas anugerahMU, tai Ya Rabb, bagaimana aku bisa bersyukur sedangkan rasa Syukur itu adalah milikMU yang ENGKAU anugerahkan kepada hambaMU ? "
Lalu Allah menjawab dalam hati si sufi tanpa huruf-huruf, tanpa kata-kata :
" Wahai hambaKU, engkau telah bersyukur kepadaKU dengan kesadaran dirimu atas ketidakberdayaan diri mu untuk bersyukur kepadaKU "
Semoga bermanfaat ulasan yang singkat ini.. maaf jika ada kekeliruan.
Tetap istiqomah dalam perjalan menuju kepadaNYA...
Salam dari pencari99
01 Maret 2009
1. HAKIKAT DIRI & DZIKRULLAH
Man arafa nafsahu faqod arafa rabbahu
(Kenali dirimu maka kau akan mengenal Tuhanmu)
Saudaraku 'seperjalanan,
Janganlah menjadikan Allah itu masih dalam angan-angan kita, jadikan Allah itu Nyata dalam diri kita, caranya ?? ini dia yang akan kita bahas.
Selama kita masih menganggap Allah itu gaib.. Allah itu masih diangan2 kita, bahkan lebih ekstrim lagi, Allah itu ada nggak ya ?? maka iman dihati kita masih sekedar biji yang tidak berkembang, bahkan biji iman tersebut bisa mati atau hilang. Segera rawat biji iman tersebut, sirami dia, pupuk dia, agar mengakar kuat dalam hati dan jiwa kita sehingga jiwa kita menjadi kuat dalam menghadapi rintangan-rintangan kehidupan ini dalam 'perjalanan' menuju kepadaNYA.
Jangan mengaku-aku :
1. Aku sholat karena memang aku mau sholat,
2. Aku sedekah karena aku memang ingin sedekah,
3. Aku menolong orang, memang karena aku ingin menolong dia,
4. dst, dst, dst...
Coba kita telurusi pelan-pelan dengan ketafakuran kehinaan dan ketidak berdayaan kita sebagai manusia.
Kita bisa berbuat baik, menjalankan ibadah, beramal, diam, tidur, makan, minum, (pokoknya bergeraklah..), bernafas, dia, berkehendak, bahkan berfikir dll adalah karena JANTUNG KITA MASIH BERDETAK.. iya atau iya ?
Nah, apakah JANTUNG KITA BERDETAK ITU , karena kehendak kita ingin mendetakkan jantung kita ??
Manusia bisa menahan nafas, tetapi jantung tetap saja masih berdetak ..
Manusia bisa saja tidur, tetapi jantung tetap saja berdetak..
Bahkan manusia bisa saja koma (antara hidup dan mati), tetap saja jantung masih berdetak..
Siapa yang mendetakkan jantung kita ???
Dialah Allah SWT.....
Berarti gara-gara jantung kita berdetak timbullah seluruh akibat seperti kehendak ingin ini,itu , pikiran ingin ini dan itu, gerakan fungsi panca indera seperti mendengar, berbicara, merasa, dll, berbuat, menjalankan ibadah dan ANEKA RAGAM seluruh gerak dan diam kita dalam kehidupan sehari-hari...
Seperti saya contohkan, akibat listrik maka :
1. kulkas bisa mendinginkan,
2. kipas angin bisa mengeluarkan angin,
3. Rice Cooker bisa memasak nasi,
4. Water Heater bisa memanaskan air,
5. TV bisa memunculkan gambar dan suara
6. Lampu neon dan bohlam untuk penerangan
7. dll masih banyak lagi.
Coba kita renungi, apa gunanya kulkas,kipas angin, tv, rice cooker dengan seluruh sparepartnya yang mahal TANPA ADANYA LISTRIK.
Listrik bersumber dari sang GENERATOR.. GENERATOR lah yang NYATA dalam keseluruhan alat-alat tersebut. (kita nggak usah berdalih.. kan generator butuh bensin dll. ini hanya perumpamaan agar akal dapat mencerna yang akan saya jelaskan selanjutnya)
Begitu juga diri kita..
ADA yang MAHA NYATA dibalik kenyataan diri kita,
Diri kita nyata tapi semu...
DIA lah Yang Maha NYATA 'dalam' diri kita bahkan 'dalam' seluruh wujud ciptaanNYA.
Lalu yang dimaksud dengan 'perjalanan' menuju kepadaNYA adalah, membangun sebuah kesadaran dalam Hati dan Jiwa kita agar selalu MENYADARI KEBERSAMAlAN ALLAH dalam seluruh gerak dan diamnya diri kita.
Tidak apa-apa kalau yang sementara akal pikiran kita, coba kita menuju kesadaran yang lebih tinggi yaitu kesadaran jiwa kita atau yang disebut MENJIWAI KESADARAN itu sendiri supaya kesadaran ALLAH MAHA NYATA otomatis selalu muncul. caranya.... (sabar ya..jangan terburu..buru, renungin dahulu kalimat2 diatas, kalau hati dan jiwa kita sudah tidak ada konflik maka silahkan baca penjelasan dibawah ini..)
BERDZIKIR...
Ya.. hanya dengan berdzikir kita akan mencapai KESADARAN TERTINGGI itu. Maksud saya bukan hanya berzikir lalu kita tidak bersyariat.. BUKAN !!
Apa sih berdzikir itu ??
Banyak orang salah atau kurang tepat mengartikan dzikir itu. Seluruh proses ibadah kita seperti sholat, membaca wirid setelah dan diluar sholat, berzakat, naik haji, puasa adalah syariat yang Allah turunkan agar si hamba dapat berzikir kepada NYA.
Dzikirullah.. adalah mengingat ALLAH titik.
Bisa dalam hati maupun akal fikiran.
Bacaan bacaan sesudah sholat adalah wirid untuk menghantarkan si hamba untuk mengingat Allah. Kuantitas dan kualitas zikir sangat bergantung dari kehendak ALLAH itu sendiri. Hakikat berdzikir adalah
"Allah mengingat si hamba maka si hamba dapat mengingat ALLAH"
Jadi tanda-tanda ALLAH lagi 'ngopenin' (akan menurunkan fadhal dan rahmatNYA) tiba-tiba sihamba ingat sama ALLAH. dan biasanya jika si hamba ingat sama Allah dia ingin menjalankan syariatNYA dan menjauhi laranganNYA
UPAYA UNTUK MEMUNCULKAN KESADARAN TERTINGGI
Sebelum kita memulai dalam 'perjalanan' ini, hendaknya munculkan kesadaran bahwa segala keinginan kita berdzikir untuk 'menuju' kepadaNYA adalah semata ATAS PERTOLONGAN DAN ANUGERAHNYA SEMATA.. lain tidak !! Makanya setiap perbuatan kebajikan selalu diawali dengan BISMILLAH... supaya sihamba menyadari bahwa dia melakukan kebajikan adalah semata-mata bisa dilakukan karena BERSAMA DENGAN ALLAH ..
Dari ALLAH... Bersama ALLAH.... hanya untuk ALLAH... 'menuju' kepada ALLAH
itulah hakikat IKHLAS...
Sekarang yo, kita mulai...
Metoda yang paling praktis dalam memunculkan kesadaran dalam hati dan jiwa kita yaitu dengan kalimat Dzikir : ALLAH...ALLAH....ALLAH
Ucapkan ALLAH..ALLAH tsb DIDALAM HATI.. dalam kondisi apapun dan bagaimanapun.
Jika lupa terus ingat.. mulai lagi dzikirNYA. Enggak apa-apa lupa.. Itu tandanya bahwa kita itu lemah, kalau Allah tidak tolong jangankan mau bergerak, ingat kepada Allah saja kita nggak bisa. Sadari ketidakberdayaanmu..
Apalagi Ketika sholat, wirid, puasa, baca quran dll upayakan hati selalu mengingat ALLAH.. karena dzikirullah adalah RUH SEGALA BENTUK IBADAH. Ibarat makhluk hidup kalau tidak ada ruhnya adalah seperti mayat berjalan... Dan secara adab kepada ALLAH seperti kalau kita menghadap RAJA dan berbicara tetapi Kepala kita palingkan ke belakang.. Sopan nggak ??
Kita nggak usah mikir macam2 pada saat berdzikir seperti : nanti gimana rasanya ya ketemu sama Allah..?? atau nanti karomah apa ya yang akan ALLAH kasih..?? WAH, Jangan deh.. sekali lagi jangan...
Insya ALLAH buah dari dzikir adalah :
1. Muroqobah... merasa diawasi dan ditatap Allah terus..
2. Ihsan... itulah yang dimaksud dengan Anta budalllah ka'anaka taroh.. dst ( beribadahlah
kamu seolah-olah (merasa) MELIHAT ALLAH,
3. Inabah... yaitu kalau kita lalai dari mengingat ALLAH kita cepat kembali kepadaNYA
( mengingatNYA).. Inabah ini tingkatnya lebih tinggi dari taubat, karena taubat adalah
mohon ampun atas maksiat kita, sedangkan inabah adalah mohon ampun atas lalainya
dzikir kita.
4. Hati lapang dan jiwa yang tenang.
Tapi itu semua jangan lah menjadi tujuan kita, itu semua kita anggap saja bonus dari ALLAH.
Tujuan kita semata ALLAH itu sendiri.
Ya ALLAH jangan KAU biarkan kami bersama dengan diri kami apalagi bersama selainMU,
sertai kami selalu YA RABB... Kami tidak berdaya, kami hina, kami butuh.. bahkan sangat butuh akan DIRIMU, karena ENGKAU adalah TUHAN sedangkan kami adalah hamba. Kami ibarat bayangan yang sangat bergantung kepada PEMILIK BAYANGAN, karena itu ENGKAU menamai dirimu (salah satunya) AS-SHOMAD...
Jika ada kesalahan mohon maaf, semoga bermanfaat...
si faqir : pencari99